Beberapa waktu nan lalu, pemerintah Indonesia
menyampaikan planning kebijakan buat menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak).
Mengetahui planning kenaikan tersebut, timbul majemuk reaksi dari masyarakat. Sebagian besar reaksi tentu ditujukan buat
menolak kebijakan tersebut. Penolakan terhadap planning kenaikan ini
dimaksudkan buat menghindari kenaikan harga-harga kebutuhan lain nan sangat
dipengaruhi oleh kenaikan BBM, seperti kenaikan pada harga-harga biaya
transportasi umum, kenaikan harga bahan pokok, dan berbagai harga kebutuhan
hayati lainnya.
Harga-harga tersebut ikut mengalami kenaikan
sebab setiap kebutuhan tersebut menggunakan bahan bakar minyak sebagai bahan
produksi maupun proses distribusi. Sehingga, ketika harga BBM meningkat akan
berpengaruh terhadap harga-harga lainnya.
Indonesia merupakan salah satu negara
penghasil minyak dunia, meski demikian berkaitan dengan kebijakan harga,
Indonesia masih mengikuti patokan harga minyak dunia. Kebijakan harga nan
ditetapkan pemerintah saat ini ialah penyesuaian harga minyak global lalu
dibantu dengan subsidi BBM.
Subsidi ditujukan buat membantu meringankan
masyakat tak mampu agar mereka bisa memenuhi kebutuhan BBM. Melalui subsidi BBM
ini, perusahaan minyak milik negara Pertamina membuat premium, sebagai BBM
bersubsidi, dijual dengan harga nan terjangkau bagi masyarakat menengah ke
bawah. Sementara pertamax, sebagai BBM dengan harga nan lebih mahal, dengan
tujuan pasar kalangan menengah ke atas.
Pada kenyataannya, pembelian premium masih
banyak dilakukan oleh kalangan menengah ke atas. Hal ini menjadikan target
subsidi menjadi tak sinkron atau salah sasaran. Sehingga, muncul pendapat bahwa
nan menikmati subsidi BBM lebih banyak ialah kalangan-kalangan bermobil. Negara
pun akhirnya harus mengeluarkan subsidi nan lebih besar.
Senin, 17 November 2014 yang lalu, Presiden
Jokowi telah memutuskan dan menetapkan bahwasanya BBM dinaikkan mulai pukul
00.00 tanggal 18 November 2014. Kebijakan pemerintah yang terbilang cukup cepat
dan tegas ini pastilah mengundang banyak kontroversi, pro dan kontra
dimana-mana. Para mahasiswa turun ke jalan berorasi menuntut kenaikan BBM
tersebut. Supir-supir angkot, bus, dan angkutan lainnya mogok kerja
bersama-sama. Contohnya di daerah terdekat kita, Solo, bus-bus melakukan mogok
kerja tanggal 18 November 2014 kemarin, dampak dari mogok kerja ini pun
dirasakan oleh para pelajar dan mahasiswa yang kesehariannya berangkat ke
tempat menuntut ilmu dengan naik bus, kesulitan mencari bus yang masih
beroperasi. Namun, mogok kerja ini tidak berlangsung lama, mereka mengakhiri
mogok kerja setelah tarif penumpang dinaikkan.
Kebijakan Pemerintah yang terlalu cepat ini
memang memukul semua pihak tanpa terkecuali, bahkan DPR pun merasa dibingungkan
dengan adanya kebijakan ini. Kenapa kebijakan yang begitu penting dan
melibatkan seluruh aspek kehidupan ini tidak menyertakan alasan yang konkret
dan jelas? Kebijakan pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tanpa
subsidi ini tidak sejalan dengan harga minyak dunia yang justru mengalami
penurunan. Apalagi tahun lalu harga BBM baru dinaikkan pada Juni 2013. Kenaikan
harga BBM saat ini yang mencapai Rp. 2000 benar-benar membebani masyarakat
Indonesia, terutama kalangan masyarakat menengah dan ke bawah.
Alasan dari kebijakan pemerintah ini karena
membebani APBN sehingga terjadi defisit APBN. Pemerintah tidak seharusnya
menyalahkan defisit APBN karena beban dari subsidi BBM semata. Penurunan target
pendapatan negara yang tidak sebanding dengan kenaikan beban belanja negara
juga menjadi penyebab munculnya masalah defisit APBN. Mungkin juga APBN yang
membengkak ini dikarenakan pula oleh piutang negara yang semakin membengkak.
Jadi, tidak seharusnya untuk mengurangi APBN pemerintah langsung membuat
kebijakan menaikkan harga BBM. Hal ini justru sangat memberatkan bagi
masyarakat, terutama masyarakat miskin, dan bisa memicu meningkatnya angka
kemiskinan dan pengangguran.
Jika kebijakan ini terlanjur berjalan, apa
yang bisa dilakukan rakyat? Demonstrasi yang tidak didengar, pendapat yang
tidak diterima, bahkan tindakan yang tidak dipedulikan lagi, maka rakyat hanya
bisa patuh. Menurut saya berdemonstrasi itu tidak salah karena itu merupakan
cara penyaluran aspirasi, tetapi dengan aksi-aksi semacam itu tidak akan
merubah pemerintah untuk membatalkan kenaikan harga BBM.
Dengan kenaikan pulsa saja kita tidak ada
protes apa-apa, tapi kenapa dengan kenaikan harga BBM kita harus protes?
Padahal kedua-duanya sama pentingnya. Walaupun harga BBM naik, kita masih bisa
dan mampu untuk membelinya, seperti kenaikan harga BBM tahun lalu kita masih
bisa membelinya. Karena sesungguhnya rezeki itu sudah ada yang mengatur, kita
hanya perlu berusaha.
Kita patut bersyukur BBM premium ini masih bisa
kita rasakan, lebih baik menaikkan harga BBM daripada kita melihat tulisan
“Maaf bensin habis”. Bayangkan saja jika di tiap-tiap pos bensin ditutup karena
BBM habis. Nah bagaimana kalau itu terjadi? Apakah kita semua harus mengendarai
mobil yang memakai pertamax? Ini lebih tidak mungkin lagi, yang ada akan
memperburuk kemacetan dan kemiskinan
Harapan nya dari kebijakan pemerintahan dapat
membuahkan hasil yang nantinya dapat digunakan untuk pembangunan infrastruktur,
kesehatan, pendidikan, dan menjadi awal perubahan yang baik bagi Negara kita. Jika pemerintah memang berpihak pada rakyat
kecil dan ingin menyelamatkan tidak seharusnya membuat kebijakan yang menurut
saya kurang adil untuk rakyat kecil ini. Seharusnya pemerintah melakukan
pengalihan penggunaan BBM ke gas secara merata, yang harganya terjangkau
masyarakat karena lebih murah sehingga tidak perlu lagi di subsidi. Dan lebih
menjaga industri migas agar tidak dikuasai Negara asing. Sehingga stok BBM
untuk Indonesia aman. Faktanya, saat ini sebanyak 85 persen industri migas
dikuasai oleh negara asing.
Jika pemerintah ingin menyelamatkan rakyat,
cukuplah untuk menaikkan harga BBM tetapi janganlah menaikkan pula harga
bahan-bahan pokok yang menjadi konsumsi primer bagi rakyat Indonesia. Karena
jika harga bahan pokok naik, rakyat akan semakin terbebani, rakyat semakin
sengsara, terutama rakyat kecil, dan kemiskinan akan meningkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar