Senin, 25 Januari 2016

SOSIALISASI DALAM MASYARAKAT

Penanaman atau proses belajar tentang kebiasaan-kebiasaan yang terdapat dalam suatu kelompok atau masyarakat disebut sosialisasi. Artinya, sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau pengalihan kebiasaan, aturan, atau nilai-nilai dari satu generasi ke generasi lainnya dalam suatu kelompok atau masyarakat. Pengertian lain menyatakan bahwa sosialisasi adalan proses belajar mengenai pola-pola tindakan interaksi dalam masyarakat sesuai dengan peranan masing-masing individu. Dalam proses sosialisasi, individu mengetahui  dan menjalankan hak dan kewajibannya berdasarkan perannya. Proses sosialisasi pada umumnya ditentukan oleh kebudayaan suatu masyarakat.

Dengan demikian, sosialisasi bertujuan untuk :
  1. Memberikan keterampilan kepada seseorang agar dapat hidup bermasyarakat.
  2. Mengembangkan kemampuan seseorang agar dapat berkomunikasi secara efektif 
  3. Membuat seseorang mampu mengembalikan fungsi-fungsi organik melalui latihan intropeksi yang tepat 
  4. Menanamkan nilai-nilai dan kepercayaan kepada seseorang yang mempunyai tugas pokok dalam masyarakat
Bagaimana orang tua kita mendidik kita tentang cara menghormati mereka? mungkin orangtua kita mencontoh nenek atau kakek pada saat mendidik orang tua kita dulu.
Cara pengasuhan anak akan mempengaruhi kepribadian anak itu pada masa-masa kemudian. Cara pengasuhan anak berbeda-beda antara suku bangsa yang satu dengan suku bangsa yang lain.

Perhatikan contoh cara pengasuhan Anak di daerah-daerah Nusantara ini;
1. Pengasuhan Anak Masyarakat Minangkabau

Kita ambil contoh masyarakat Minangkabau dalam cara pengasuhan anak. Masyarakat Minangkabau jaman dulu mempunyai tradisi bahwa anak laki-laki tidur di rumah sejak usia tujuh sampai delapan tahun. Mereka tidur di Surau atau di Langgar tempat mereka mengaji. Setelah sholat Maghrib, mereka mengaji Al-Qur'an sampai menjelang Isya kemudian dilanjutkan sholat Isya. Sesudah sholat Isya, mereka belajar adat-istiadat dan aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh setiap orang. Selain itu, mereka juga belajar bela diri silat menjelang tengah malam. Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa pola pengasuhan anak keluarga Minangkabau adalah dari lahir sampai umur tujuh tahun sepenuhnya diasuh oleh ibu. Setelah usia itu mereka juga belajar mengaji dan ilmu, serta adat istiadat di Surau atau langgar selain tentunya mereka bersekolah. Untuk membuka wawasan kita mengenai cara pengasuhan anak masyarakat tradisional di Indonesia, di bawah ini dapat kita cermati bagaimana cara mengasuh anak di masyarakat Jawa.

2. Pengasuhan anak masyarakat Jawa
Dikalangan masyarakat jawa dikenal istilah mendhem jero, mikul dhuwur, artinya setiap anak dididik agar selalu berbakti kepada orangtua dan membawa nama baik orangtua serta semua keluarga. Pola pengasuhan anak dimulai dari lima tahun pertama, orangtua memperlakukan anak sebagai layaknya seorang putra raja. Setelah itu, mereka dilatih untuk membantu tugas-tugas pekerjaan di rumah. Usia 16 tahun ke atas diperlakukan sebagai teman. 

Keteladanan orang tua adalah sebagai anutan sang anak, sesuai dengan petuah ing arsa asung tulada. Petuah itu mempunyai arti orangtua harus memberikan teladan. Inti dari pendidikan anak yang telah dewasa adalah rendah hati, ramah tamah, sopan, hormat kepada yang lebih tua. Selain itu, masyarakat Jawa menekankan pada anak untuk selalu hidup prihatin. Hidup prihatin berarti membiasakan hidup tidak bermewah-mewah, belajar atau bekerja keras dan selalu disiplin. Hidup selalu berwatak sosial, tolong menolong kepada sesama dengan tulus ikhlas. 

Masyarakat lain tentunya mempunyai pola pengasuhan anak yang berbeda-beda sesuai dengan budaya masyarakat itu. Meskipun berbeda, pada dasarnya pola pengasuhan atau proses sosialisasi ini merupakan wadah pembentukan watak, kepribadian, dan budi pekerti yang diharapkan dapat membentuk anak berprilaku sesuai dengan norma atau nilai yang dianut oleh masyarakat setempat. Cara pengasuhan anak pada masyarakat tertentu kadangkala diungkapkan dengan memakai upacara adat. Misalnya, upacara adat masyarakat Jawa seperti selamatan selapanan, selamatan sunatan, tedak siten, dan sebagainya. Upacara adat itu mempunyai makna masing-masing, yang intinya merupakan ungkapan bahwa semua perencanaan, tindakan dan perbuatan diatur oleh budaya



KONDISI BUDAYA DI INDONESIA PADA ERA GLOBALISASI

Indonesia merupakan negara yang dapat dikatakan sebagai negara yang kaya akan budayanya, dengan memiliki keragaman yang cukup bervariasi, dapat digunakan sebagai penambah indahnya khasanah sebuah negara. Akan tetapi, mampukah Indonesia pada jaman sekarang tetap mempertahankan integritas kebudayaannya. Apabila di ulang kembali berbagai peristiwa yang terjadi, banyak kebudayaan Indonesia yang telah di caplok oleh Negara-negara lain. Hal ini dapat membuktikan dengan jelas bahwa belum adanya kekuatan hukum yang kuat yang dimiliki oleh bangsa Indonesia tentang kebudayaannya. Sehingga akan menyebabkan kemudahan bagi bangsa lain untuk mengambil dan mengakuinya. 

Bukan hanya itu saja, kemajuan teknologi informasi pada masa sekarang ini telah cepatnya merubah kebudayaan Indonesia menjadi kian merosot. Sehingga menimbulkan berbagai opini yang tidak jelas, yang nantinya akan melahirkan sebuah kebingungan di tengah-tengah berbagai perubahan yang berlangsung begitu rumitnya dan membuat pusing bagi masyarakatnya sendiri dan yang lebih memprihatinkan lagi, banyak kesenian dan bahasa Nusantara yang dianggap sebagai ekspresi dari bangsa Indonesia akan terancam mati. Sejumlah warisan budaya yang ditinggalkan oleh nenek moyang sendiri telah hilang entah kemana. Padahal warisan budaya tersebut memiliki nilai tinggi dalam membantu keterpurukan bangsa Indonesia pada jaman sekarang. Sungguh ironis memang apabila ditelaah lebih jauh lagi. Akan tetapi, kita tidak hanya mengeluh dan menonton saja. Sebagai warga negara yang baik, mesti mampu menerapkan dan memberikan contoh kepada anak cucu nantinya, agar kebudayaan yang telah diwariskan secara turun temurun akan tetap ada dan senantiasa menjadi salah satu harta berharga milik bangsa Indonesia yang tidak akan pernah punah. 

Anak-anak Muda saat ini lebih bangga dan lebih sibuk dengan buadaya-budaya asing sehingga menjadikan mereka menjadi lengah dengan keadaan yang terjadi. Dulu orang seakan tidak peduli dengan tarian-tarian dan lagu-lagu daerah asli bangasa ini. Namun setelah kebudayaan bangsa ini di akui oleh bangsa lain. Seketika iti pula banyak masyarakat yang marah karena kebudayaannya di ambil olehbangsa lain. Padahal selama ini mereka melupakan budayanya sendiri dan lebih memilih belajar budaya orang lain. Ketika hal semacam itu terjadi barulah banyak orang seakan menjadi nasionalis dan peduli pada budayanya. Padahal itu terlambat ketiak suatu kebudayaan bangsa ini telah di akui oleh bangsa lain. Seharusnya mereka peduli dengan budaya bangsa ini sebelum ada hal-hal semacam itu terjadi. Jika saja banyak orang ayang mau melestarikan budanya kecil kemungkinan negara lain akan mengakui kebudayaan bangsa ini. 

Indonesia sebuah negeri besar dengan beribu-ribu kebudayaan yang ada di dalamnya. Namun jika bangsa ini tidak bisa menjaganya, maka bukan tidak mungkin jika pengakuan kebudayaan bangsa ini bisa saja diakui oleh bangsa lain. Sudah saat nya kita melestarikan kebudayaan bangsa kita sendiri dibanding kebudayaan orang lain. Saat kita bisa melestarikan dan menjaga kebudayaan bangsa kita, mustahil jika bangsa lain akan mengakui kebudayaan bangsa ini. Bahkan dengan mudahnya arus informasi saat ini, yang nota benenya hal itu adalah dampak dari globalisasi kita justru bisa menyebar luaskan kebudayaan bangsa ini ke seluruh penjuru dunia, agar seluruh dunia mengetahui jika bangsa ini adalah bangsa yang kaya dengan budaya dan hal itu bisa menarik minat wisatawan untuk dangang ke negeri ini untuk benyaksikan langsung bagaimana megahnya budaya bangsa ini. Tentunya hal itu akan meningkatkan pendapatan bangsa ini. Budaya bisa saja di jadikan alat untuk mendongkrak popularitas dan ekonomi bangsa ini. 

Di tengah gempuran era globalisasi dan moderenisasi, jika kita tetap bisa mempertahankan kebudayaan bangsa ini, tentulah hal itu akan menjadi nilai plus untuk Indonesia. Pariwisata menjadi salahsatu penghasilan besar bagi bangsa ini. Indonesia sudah di dukung dengan indahnya panorama alam yang ada di dalamnya, mulai dari pantai, laut, gunung dan sebaginya. Namun jika hal itu di dukung dengan wisata budanya tentunya hal itu akan lebih meningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia. Mungkin akan sangat sulit kita memajukan bangsa ini melalui sumber daya alamnya, karena hal tersebut sedah terlalu banyak di kuasasi oleh kapitalis asing. Namun hal kecil seperti melestarikan kebdayaan bangsa ini mungkin akan sangat bisa membantu memajukan bangsa ini di sektor ekonomi. 

Pengelolaan semberdaya yang lain memang sulit di lakukan, karena mungkin memang bangsa ini tidak mumpuni dalam hal teknologi yang digunakan untuk menglolahnya. Namun jika ada hal kecil, yang bisa kita lakukan sendiri, tanpa memerlukan banyak bantuan teknologi dari luar karena hal tersebut adalah tinggalan dari nenek moyang kita sendiri. Tidak ada salahnya kita mempelajari dan melstarikan budaya bangasa kita sendiri. Seandainya hal itu tidak dapat mengangkat perekonomian bangsa ini paling tidak kita telah melestarikan peninggalan nenek moyang kita. Namun jika hal itu akan dapat membantu perekonomian bangsa ini, berarti dengan hal kecil seperti melestarikan kebudayaan, kita telah bisa merubah nasib bangsa ini. Globalisasi memang suatu hal yang tidak bisa kita tolak adanya. Namun jika kita bisa memanfaatkannya dengan baik, maka hal itu akan sangat banyak berdampak positif bagi negeri kita.




PERBEDAAN GENERASI MUDA ZAMAN SEKARANG DENGAN ZAMAN DAHULU


Pemuda-pemudi generasi sekarang sangat berbeda dengan generasi terdahulu dari segi pergaulan atau sosialisasi, cara berpikir, dan cara menyelesaikan masalah. Pemuda-pemuda zaman dahulu lebih berpikir secara rasional dan jauh ke depan. Dalam arti, mereka tidak asal dalam berpikir maupun bertindak, tetapi mereka merumuskannya secara matang dan mengkajinya kembali dengan melihat dampak-dampak yang akan muncul dari berbagai aspek. Pemuda zaman dahulu juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Contohnya saja, sejarah telah mencatat kiprah-kiprah pemuda Indonesia dalam memerdekakan Negara ini. Bung Tomo, Bung Hatta, Ir. Soekarno, Sutan Syahrir, dan lain-lain rela mengorbankan harta, bahkan mempertaruhkan nyawa mereka untuk kepentingan bersama, yaitu kemerdekaan Indonesia. Sedangkan pemuda zaman sekarang, masih terkesan acuh terhadap masalah-masalah sosial di lingkungannya. Pemuda-pemuda saat ini telah terpengaruh dalam hal pergaulan bebas, penyalahgunaan narkotika, kenakalan remaja, bahkan kemajuan teknologi pun yang seharusnya membuat mereka lebih terfasilitasi untuk menambah wawasan ataupun bertukar informasi justru malah disalahgunakan. Tidak jarang kaum-kaum muda saat ini yang menggunakan internet untuk hal-hal yang tidak sepatutnya dilakukan seorang pemuda, seperti membuka situs-situs porno dan sebagainya.

Peranan pemuda saat ini dalam sosialisasi bermasyarakat menurun drastis. Mereka lebih mengutamakan kesenangan untuk dirinya sendiri dan lebih sering bermain-main dengan kelompoknya. Padahal, dulu biasanya pemuda lah yang berperan aktif dalam menyukseskan kegiatan-kegiatan di masyarakat seperti acara keagamaan, peringatan Hari Kemerdekaan, kerja bakti dan lain-lain. Seandainya saja pemuda-pemuda zaman dahulu seperti Ir. Soekarno, Bung Hatta, Bung Tomo dan lain-lain masih hidup pasti mereka sedih melihat pemuda-pemuda sekarang ini yang lebih mementingkan kesenangan pribadi. Generasi yang menjadi harapan mereka melanjutkan perjuangan mereka, tidak punya lagi semangat nasionalisme.

Masa depan bangsa ada di tangan pemuda. Ungkapan ini memiliki semangat konstruktif bagi pembangunan dan perubahan. Pemuda tidak selalu identik dengan kekerasan dan anarkisme tetapi daya pikir revolusionernya yang menjadi kekuatan utama. Sebab, dalam mengubah tatanan lama budaya bangsa dibutuhkan pola pikir terbaru, muda dan segar.
Perkembangan pemikiran pemuda Indonesia mulai terekam jejaknya sejak tahun 1908 dan berlangsung hingga sekarang. Periodisasinya dibagi menjadi 6 (enam) periode mulai dari periode Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi 1945, Aksi Tritura 1966, periode 1967-1998 (Orde Baru).

Periode awal yaitu Kebangkitan Nasional tahun 1908, ditandai dengan berdirinya Budi Utomo yang merupakan organisasi priyayi Jawa pada 20 mei 1908. Pada periode ini, pemuda Indonesia mulai mengadopsi pemikiran-pemikiran Barat yang sedang booming pada saat itu. Pemikiran-pemikiran tersebut antara lain adalah Sosialisme, Marxisme, Liberalisme, dll.
Pengaruh pemikiran ini terhadap pemikiran pemuda saat itu tergambar jelas pada ideologi dari sebagian besar organisasi pergerakan yang mengadopsi pemikiran Barat serta model gerakan yang mereka pakai. Dari beberapa gerakan yang terekam dalam sejarah Indonesia, salah satu yang paling diminati adalah model gerakan radikal. Salah satu gerakan radikal yang merupakan percobaan revolusi pertama di Hindia antara 1925-1926. Selain mengadopsi pemikiran Barat, para pemuda di masa itu juga menerapkan esensi dari kebudayaan Jawa, Islam, dan konsep kedaerahan lainnya sebagai pegangan (ideologi).

Periode berikutnya, Sumpah Pemuda 1928, ditandai dengan Kongres Pemuda pada bulan Oktober 1928. Peristiwa ini merupakan pernyataan pengakuan atas 3 hal yaitu, satu tanah air; Indonesia, satu bangsa; Indonesia, dan satu bahasa; Indonesia. Dari peristiwa ini dapat kita gambarkan bahwa pemikiran pemuda Indonesia pada masa ini mencerminkan keyakinan di dalam diri mereka bahwa mereka adalah orang Indonesia dan semangat perjuangan mereka dilandasi oleh semangat persatuan.
Dengan melihat perkembangan pemikiran pemuda dari tahun 1908-1998, kita dapat merefleksi sekaligus bercermin dari semangat perubahan yang mereka lakukan. Semangat pembaruan yang lahir dari pemikiran mereka merupakan buah dari kerja keras dan disiplin. Sebagai penerus tongkat estafet perjuangan yang menjadi simbol kemajuan suatu bangsa, kita wajib meneladani semangat dan idealisme mereka agar kelak lahir Soekarno-Soekarno baru, Soe Hok Gie-Soe Hok Gie baru, serta pemikir-pemikir baru yang memiliki pola pikir baru, kreatif dan segar.

Masyarakat masih membutuhkan pemuda-pemudi yang memiliki kematangan intelektual, kreatif, percaya diri, inovatif, memiliki kesetiakawanan sosial dan semangat nasionalisme yang tinggi dalam pembangunan nasional. Pemuda diharapkan mampu bertanggung jawab dalam membina kesatuan dan persatuan NKRI, serta mengamalkan nilai-nilai yang ada di dalam pancasila agar terciptanya kedamaian, kesejahteraan umum, serta kerukunan antar bangsa. Bangun pemuda-pemudi Indonesia. Tanamkan semangat yang berkobar di dadamu. Bersatulah membangun Negara tercinta. Seperti isi sumpah pemuda yang di ikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928 “satu tumpah darah, satu bangsa dan satu bahasa”. Semoga Negara kita ini tetap bersatu seperti slogan budaya bangsa yang tercermin dalam Bhineka Tunggal Ika. Berkarya lah pemuda-pemudi Indonesia, Majukan Negara Kita, Jadilah Soekarno dan Moh Hatta berikutnya yang memiliki semangat juang tinggi dalam membangun bangsa
Yang paling penting nasib bangsa Indonesia baik buruknya ke depan itu akan sangat bergantung pada generasi penerusnya yaitu generasi muda.

MANAJEMEN PENDIDIKAN DI MASA DEPAN

Penyusunan manajemen pendidikan di masa depan harus memperhatikan: 
1) intake
2) proses
3) instrumental input
4) environmental input
5) out put
6) out come. 

Intake dalam hal ini adalah siswa atau peserta didik. Intake dapat dilihat sejak adanya kegiatan penerimaan murid baru. Pengadaan murid baru dilaksanakan dengan seleksi murid. Seleksi murid tidak berdasarkan martabat serta status ekonomi siswa, tetapi berdasarkan criteria umur. Dalam hal ini, juga harus menetapkan kapasitas atau jumlah calon yang diterima. Pengumuman hasil seleksi dibuat sedemikian rupa sehingga bisa diketahui oleh masyarakat luas. Karakteristik dari intake harus diperhatikan. Intake yang ada diselidiki keadaannya, baik dari segi ekonomi keluarga, rata-rata pendidikan di keluarga, gaya hidup keuarga, serta persepsi keluarga terhadap pendidikan. Hal ini perlu dilaksanakan agar supaya intake dapat diproses dengan mudah.

Suatu proses pendidikan dipengaruhi oleh dua factor, yaitu factor instrumental input dan factor environmental input. Factor instrumental input mencakup beberapa unsur penting, diantaranya adalah peserta didik, pendidik, kurikulum, manajemen, sarana dan prasarana, serta stake holder atau komponen pendukung. Unsur peserta didik harus disusun manajemennya dengan sebaik mungkin. Peserta didik dimanage sesuai dengan taksonemi perkembangan anak, yang mencakup: ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Kurikulum merupakan suatu program pendidikan. Didalam kurikulum terdapat organisasi kurikulum. Organisasi kurikuum merupakan pola atau bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan pada murid-muridnya. Kurikulum di Indonesia sebenarnya sudah bagus, baik segi materi, serta tujuan yang ingin dicapai. Hanya saja pelaksana dari kurikulum yang masih belum bisa menanggapinya dengan baik. Sebagai calon pemimpinan masa depan, sebaiknya kita dapat melaksanakan kurikulum yang ada dengan bagus dan syukur dengan menambahkan apa yang masih kurang pada kurikulum, dan membuang unsur yang sia-sia atau muspro.

Pendidik merupakan faktor penentu berhasil atau tidaknya suatu proses pendidikan. Memanage pendidik bukanlah hal yang mudah. Hal ini diakibatkan setiap pribadi mempunyai perbedaan. Memanage pendidikan dimulai dari diri sendiri. Hal-hal yang belum dilaksanakan dalam pendidikan adalah meningkatkan kualitas pendidik dengan membuang hal-hal yang masih dianggap sia-sia. Sarana dan prasarana serta komponen pendukung harus diperhatikan dengan jeli. Sarana dan prasarana yang belum ada dilengkapi dengan meminta bantan baik kepada pemerintah maupun kepada masyarakat sekitar.

Faktor environmental input pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi proses pendidikan. Faktor environmental merupakan faktor yang berasal dari luar. Faktor itu berupa lingkungan rumah siswa maupun lingkungan sekolah siswa. Proses pendidikan yang dipengaruhi oleh instrumental input dan environmental input yang bagus akan mempengaruhi output dari pendidikan. Dari output tersebut akan mempengaruhi outcome. Sebagai seorang manajer pendidikan dimasa depan kita harus memperhatikan hal-hal tersebut.

BERAGAM CARA MEMELIHARA KESEHATAN


A. Memelihara Kesehatan Jasmani
Dengan cara pemeliharaan kesehatan pribadi khususnya dengan cara memelihara kesehatan jamani dapat dilakukan dengan syarat-syarat sebagai berikut :

a) Makan, minum 4 sehat 5 sempurna

Makan, minum 4 dapat diperoleh dari :
1. Makanan pokok antara lain : nasi, jagung, roti, gandum dan lain-lain
2. Lauk pauk antara lain daging yang berprotein tinggi, tahu, tempe, dan sebagainya
3. Sayuran, dan
4. Buah-buahan
    Ditambah 5 sempurna
5. Susu

Namun pada kaitannya makan, minum 4 sehat 5 sempurna seringkali penambahan 5 sempurna yaitu susu, sering tidak terpenuhi karena pemahaman bahwa susu adalah kebutuhan yang mewah. Namun sekarang sudah ada solusi cerdas dengan menggantinya dengan susu kedelai yang tidak kalah nilai gizinya dengan susu-susu pada umumnya

b) Berolah raga
Olah raga yang cukup akan memperlancar aliran dalam tubuh, karena berolah raga bisa dilakukan dimana saja dan kapanpun dengan cara sering bergerak saja kita sudah bisa dikatakan berolah raga karena prinsip dasar olah raga adalah mengolah tubuh dengan kata lain bergerak.

Namun pada umumnya berolah raga dilakukan denganpermainan-permainan seperti :
1. Sepak bola
4. Renang
2. Bola basket
5. Boling
3. Bola voli
6. Lomba lari, dsb

diantara dua syarat-syarat kesehatan pribadi di atas, sangat diperlukan Belencing (keseimbangan) diantara dua syarat tersebut. Karena bila tubuh sudah memenuhi syarat pertama yaitu makan, minum 4 sehat 5 sempurna tetapi tidak menjalankan syarat yang kedua, maka akan ada gangguan dalam pribadi tersebut dan begitu pula sebaliknya.

B. Cara Pemeliharaan Kesehatan Rohani
Kesehatan rohani dapat diperoleh dengan selalu berfikir positif disetiap waktu dan juga bisa menjaga perasaan dan tak terombang-ambing oleh perasaan tersebut. Maka dalma mencari pikiran yang posiyif tersebut kita dihadapkan dengan suatu yang dapat membimbing kita ke arah positif yaitu agama. Agama yang kita peluk akan memberi pencerahan dan siraman-siraman rohani yang membuat kita selalu berfikir positif.