Minggu, 21 Juni 2015

KETAHANAN PANGAN DI INDONESIA

Ketahanan pangan merupakan penentu dalam stabilitas nasional suatu negara. Pada saat ini ketahanan pangan di Indonesia mengalami penurunan, banyak sekali kebutuhan pangan yang harus dimpor dari luar negeri. Pangan merupakan kebutuhan utama bagi manusia. Di antara kebutuhan yang lainnya, pangan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi agar kelangsungan hidup seseorang dapat terjamin. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dulu hingga sekarang masih terkenal dengan mata pencaharian penduduknya sebagia petani atau bercocok tanam. Luas lahan pertanian pun tidak diragukan lagi. Namun, dewasa ini Indonesia justru menghadapi masalah serius dalam situasi pangan di mana yang menjadi kebutuhan pokok semua orang. Hal tersebut merupakan sebuah keprihatinan tersendiri, mengingat Indonesia merupakan negara yang luas, berpulau-pulau, mempunyai garis pantai yang sangat panjang, dan juga tanah yang sangat subur. Bayangkan saja, Indonesia yang terkenal dengan sebutan negara agraris, negara yang kaya akan hasil alam dan hasil bumi, dinilai belum kuat dalam bahan pangannya, dimana negara kita masih mengalami ketergantungan pangan dari luar.

Masalah komoditi pangan utama masyarakat Indonesia adalah karena kelangkaan beras atau nasi. Sebenarnya dulu kelangkaan ini tidak terjadi karena tiap semua daerah di Indonesia tidak mengkonsumsi beras. Makanan utama di beberapa daerah di Indonesia juga berbeda-beda. Bahan makanan utama masyarakat Madura dan Nusa Tenggara adalah jagung. Masyarakat Maluku dan Irian Jaya mempunyai makanan utamanya sagu. Dan beras adalah makanan utama untuk masyarakat Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sualwesi walaupun ada juga yang menjadikan singkong, ubi dan sorgum sebagai bahan makanan utama. Tetapi seluruh hal tersebut berubah total setelah pemerintah orde baru dengan Swasembada Berasnya secara tidak langsung memaksa orang yang bisa mengkonsumsi bahan makanan non beras untuk mengkonsumsi beras.

Yang terjadi selanjutnya adalah muncul lonjakan konsumsi atau kebutuhan beras nasional sampai sekarang sehingga memaksa pemerintah untuk impor beras. Padahal jika tiap daerah tetap bertahan dengan makanan utama masing-masing maka tidak akan muncul kelangkaan dan impor bahan makanan pokok beras. Efek lain pun muncul akibat perubahan pola makan masyarakat Indonesia. Keberagaman komoditi pertanian yang menjadi unggulan setiap daerah di Indonesia terlenyapkan demi progran Swasembada Beras. Guna menjaga ketahanan pangan nasional, harus dilakukan upaya-upaya yang kongkrit dan terpadu, salah satunya adalah dengan membatasi konversi lahan atau mengurangi penggunaan lahan, baik untuk keperluan industri maupun perumahan. Melalui cara seperti itu diharapkan jumlah lahan pertanian tidak akan menyusut atau berkurang, dan dalam perkembangannya dapat meningkatkan tingkat produksi pangan nasional.

Indonesia perlu merumuskan politik dan kebijakan pertanian yang jelas. Krisis pangan yang terjadi di Indonesia bukan semata-mata hanya satu atau dua faktor. Semua berperan. Mulai dari peningkatan produktivitas lahan pertanian, menghentikan praktek konversi lahan pertanian produktif, karena akan mengganggu kestabilan tanah sehingga ikut mengganggu stabilitas ketahanan pangan nasional, kemudian pemerintah yang ikut memperhatikan kebutuhan petani melalui kebijakan undang-undang agraria, sehingga nantinya memudahkan mereka secara mandiri dalam mengatur dan mengelola pertanian, serta terakhir peningkatan teknologi pertanian tepat guna, berfungsi mempermudah aktivitas pertanian. Kesemua elemen itu adalah penting. Pemberdayaan lahan, teknologi, kesejahteraan petani dan pengaturan kembali kebijakan-kebijakan pemerintah agar terhindar dari persaingan yang tidak sehat dan merugikan petani menjadi pilar utama jika Indonesia ingin keluar dari krisis pangan yang tak berkesudahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar